GRESIK, iNews.id – 'Berakit rakit ke hulu, berenang kemudian. Bersakit sakit dahulu bersenang kemudian.' Begitulah ungkapan yang pas untuk menggambarkan nasib seorang perajin keripik, Mulitina Tumini, 63 tahun, asal Pekalongn Jawa Tengah.
Ibu rumah tangga ini, memulai usaha keripik pada tahun 2008 dengan modal sebesar Rp500 ribu. Namun, usahanya kini berkembang pesat menjadi pengusaha makanan ringan. Bahkan produk keripiknya kini sudah mendapatkan merek yakni 'Keripik Macho Eliza'.
Perempuan yang akrab disapa Ibu Tumini mengisahkan menekuni usaha tidak semudah membalikkan tangan. Penuh perjuangan dan proses yang cukup panjang. Ia memulai usaha hanya bermodal kompor minyak dan wajan kecil dan
"Saya harus berkeliling dari warung ke warung untuk memasarkan dagangan saya," ujarnya, Rabu (8/3/2023).
Bahkan. lanjutnya, pada 2017 usahanya sempat macet karena terkendala modal. Kenaikan sejumlah harga bahan baku dan keterbatasan modal membuatnya tidak mampu lagi memenuhi pesanan para pelanggan. Padahal saat itu, produknya mulai terkenal dan banyak disuka pelanggan.
“Usaha saya seperti jalan di tempat. Bahkan, saya tidak mampu memenuhi pesanan dengan jumlah lebih dari 100 bungkus," terang Tumini.
Seiring perjalanan waktu. Ia akhirnya mendapatkan informasi tentang Rumah Kreatif BUMN (RKB) Baturaja yang saat ini menjadi Rumah BUMN Baturaja. Di situ, ia menceritakan kesulitan usaha yang dihadapi.
"Awalnya saya hanya berharap bisa dapat bantuan pinjaman Rp5 juta - Rp10 juta. Namun, setelah disurvei pada tahun 2017, justeru Rumah BUMN memberikan pinjaman modal sebesar Rp 50 juta,” ujar Mulitina Tumini.
Berkat pinjaman dana dari Rumah BUMN Baturaja itu, roda usahanya kembali menggeliat. Bahkan sukses melakukan pengembangan usaha. Selain memproduksi Keripik Macho, Mulitina Tumini juga memproduksi stik bawang, emping ubi, sale pisang, kopi bubuk, wedang jahe, lempok, hingga abon ikan patin.
"Alhamdulilah. Usaha terus berkembang dan mendapatkan tempat di hati pelanggan," ungkapnya.
Menurutnya, pembinaan Rumah BUMN Baturaja tidak terbatas pada bantuan dana, tetapi juga memberikan bantuan pengurusan perizinan, sertifikasi halal, pelatihan, hingga pemasaran baik secara offline maupun online melalui media sosial. Bahkan, produk Eliza kini telah masuk ke toko pusat oleh-oleh dan minimarket di Baturaja dan tersedia secara online.
Corporate Secretary SIG, Vita Mahreyni mengatakan, kisah sukses Mulitina Tumini merupakan satu dari ribuan perjalanan SIG dalam mendukung pelaku UMKM. Hal ini sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan poin 8, yakni mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, tenaga kerja penuh dan produktif, dan pekerjaan yang layak bagi semua.
“Pemberdayaan UMKM oleh SIG dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan meningkatkan kapasitas dan produktivitas UMKM, serta melalui pendirian Rumah BUMN di sejumlah daerah, seperti Rumah BUMN Rembang, Rumah BUMN Surabaya, hingga Rumah BUMN Baturaja. SIG berkomitmen untuk terus mendorong UMKM agar naik kelas sehingga diharapkan bisa menjadi salah satu penghasil devisa bagi daerah dan juga nasional,” kata Vita Mahreyni.
Rumah BUMN Baturaja merupakan wadah berkumpulnya pelaku UMKM untuk belajar bersama dan menciptakan produk kreatif dan berkualitas. Sejak didirikan pada 14 November 2017, Rumah BUMN Baturaja yang dikelola Semen Baturaja, anak usaha SIG, telah memiliki 261 UMKM binaan dari Kabupaten Oku. Mereka mengembangkan usaha kuliner, kriya, fesyen dan kecantikan.
Rumah BUMN Baturaja, para pelaku UMKM tidak hanya diberikan bantuan pendanaan, tetapi juga bantuan proses perizinan, sertifikasi halal, beragam pelatihan, hingga packaging dan pemasaran produk.
Bahkan, Rumah BUMN Baturaja juga memfasilitasi UMKM binaan untuk berpartisipasi dalam ajang pameran berskala nasional hingga internasional, di antaranya IBD Expo pada 2018, Lampung Fair, hingga ICPF di Kuala Lumpur Malaysia pada 2019.
"Upaya ini bertujuan untuk memberikan pengalaman, meningkatkan kompetensi dan memperluas jangkauan pemasaran produk UMKM binaan," pungkas Vita.
Editor : Agus Ismanto