iNewsGresik.id- Sanggering atau biasa dikenal dengan sebutan kolak ayam merupakan tradisi malam 23 Ramadhan yang digelar warga di Masjid Sunan Dalem, Desa Gumeno, Kecaatan Manyar, Kabupaten Gresik.
Berbeda dari tahun sebelumnya, Tradisi Sanggring di tahun 2024 ditandai dengan pagelaran festival Albanjari dan menampilkan qori' internasional yakni Sayyid Zulfikar Assyaibani.
Ketua Pelaksana Didik Wahyudi mengatakan pihaknya menyediakan sebanyak 3200 porsi sanggring untuk dibagikan secara gratis kepada jamaah masjid Sunan Dalem dan warga sekitar.
"Untuk itu, Kami menggunakan bahan baku sebanyak 250 ekor ayam, 740 kg gula merah, 240 kg daun bawang, 600 butir kelapa dan 50 kg jinten," ujarnya, Selasa (2/4/2024).
Sebelumnya, lanjut Didik Wahyudi, pihaknya rata-rata menyediakan 2300 porsi sampai 2.500 porsi. Penambahan jumlah porsi, sebagai persiapan menyongsong perayaan Sanggreng ke 500 tahun 2025 mendatang.
"Untuk itu, kami menyediakan anggaran sebesar Rp 125 juta. Berasal dari dana desa Rp 25 juta, swadaya masyarakat Rp 40 juta, dan Rp 100 juta dari CSR perusahaan.," jelasnya.
Pria yang akrab disapa Didik menambahkan seiring perjalanan waktu, tamu yang datang semakin banyak. Warga yang turun tangan juga lebih banyak. Acaranya juga semakin besar.
"Harapannya ada support dana khusus dari Pemda untuk perayaan tradisi ini. Sebab selama ini masih belum disediakan anggaran khusus untuk itu," terangnya.
Kepala Desa Gumeno,Hasan Fatoni mengatakan hidangan spesial ini, hanya tersedia di malam 23 Ramadhan.
"Hal ini, sebagai upaya menjaga kelestarian tradisi peninggalan Sunan Dalem, Putera Sunan Gri, sosok penyebar agama Islam," jelasnya.
Hasan Fatoni mengungkapkan juru masak kolak ayam sanggring hanya dilakukan laki-laki, sesuai dengan kisah Sunan Dalem masa itu.
"Pada zaman dulu, Sanggring dibuat oleh santri laki-laki semua sesuai intruksi atau anjuran Sunan Dalem. Tapi sebenernya perempuan tidak masalah, kami menjaga tradisi leluhur yang sudah ada saja," ungkapnya.
Biasanya, para tamu yang mengikuti semarak Sanggring di Masjid Sunan Dalem, akan bertandang ke rumah warga setempat dan disuguhi menu yang sama.
"Tradisi ini melayani tamu, dan melestarikan budaya. Semakin banyak tamu, semakin banyak pula sedekah. Harapannya tradisi ini akan selalu ada dan tak lelang zaman," pungkasnya.
Lebih jauh Hasan Fatoni mengungkapkan tradisi Sanggreng berawal sakit yang dialami Kanjeng Sunan Dalem atau Sunan Giri I. Kemudian Sunan Dalem meminta para santri memasak Sanggreng untuk obat.
"Ternyata Sanggreng atau kolak ayam mujarab menyembuhkan sakit Sunan Dalem. Sejak itu, warga secara rutin memasak Sanggreng sebagai obat," bebernya.
Secara filosofis kata Sang berarti raja, dan Gring (Gering) berarti sakit. Sanggring bermakna obat untuk raja yang sakit. Makanan khas tersebut pertama kali ada pada 22 Ramadan 946 H atau 31 Januari 1540 M, tetap eksis dan dibudidayakan saat ini.
Editor : Agus Ismanto