GRESIK, iNews.id- Rumah kecil atau minimalis, kini semakin trend dan banyak diburu masyarakat, khusus kelompok millenial. Selain harganya lebih terjangkau, konsep rumah mungil ini, juga menjadi solusi di tengah keterbatasan lahan.
Menjawab tingginya permintaan rumah kelompok millenial, Bank BTN bersama PT Satria Eka Perkasa (Lentera Grup) menggelar akad KPR massal, menyediakan sebanyak 100 unit rumah di perumahan Royal Emran, wilayah kecamatan Kedamean, kabupaten Gresik, Minggu (17/7/2022).
Penyediaan rumah mungil ini, sekaligus untuk mendukung moral masyarakat yang mungkin terbeban sejak pidato Menteri Keuangan Sri Mulyani menjadi viral. Pada webinar Securitization Summit 2022, Sri Mulyani, mengungkapkan inflasi tinggi mengakibatkan naiknya suku bunga kredit kepemilikan rumah (KPR). Maka masyarakat makin sulit bisa membeli atau can't afford to buy a house.
"Ini menjadi salah satu hal implikasi dari situasi dunia, yang berpengaruh ke sektor perumahan," jelasnya.
Sektor properti, lanjutnya, menjadi sektor penting dalam pertumbuhan ekonomi. Pemerintah, sebenarnya sudah mendukung melalui berbagai program. Misalnya dari Bank BI memberikan kelonggaran Loan to Value, skema KPR FLPP hingga insentif diskon PPN. Semua itu diserap pengembang di sektornya masing-masing.
"Dari bank pemberi KPR-pun juga memberikan banyak kemudahan," papar Sri Mulyani.
Sementara itu, Juniardi, kepala kantor cabang BTN KC Bukit Darmo Surabaya, mengatakan, pihaknya sebagai mitra pada akad KPR massal telah memberikan insentif bunga 3,72 di tahun pertama dan naik berjenjang hingga 5 tahun.
“Ini bunga rendah, karena bunga pasar KPR mencapai 7,8%. Para pembeli, juga diberi kesempatan top up pinjaman bila angsuran KPR-nya lancar dalam dua tahun,"jelas Juniardi.
Ia menambahkan, banyaknya program yang digelontorkan, memang untuk memenuhi target mengurangi backlog yang masih tinggi, yakni lebih dari 12 juta. Gresik, menurut Juniardi, menjadi wilayah potensial untuk pemberian KPR dua tahun terakhir ini. Banyak perumahan berkualitas menjamur.
"Karena itu, kami bekerja sama dengan 300 developer di Gresik melaksanakan sejumlah akad massal, hingga bulan Oktober mendatang,” imbuhnya.
Project manager PT Satria Eka Perkasa, Leo Sugiarto,mengatakan, user millennial menjadi fenomena menggembirakan. Dari 500 pemohon, didominasi kelompok milenial berusia di bawah 30 tahun. "Di akad KPR Massal Perumahan Royal Emran, hampir semua kelompok milenial," terang Leo Sugiarto.
Saat ini, lanjutnya, pengembang harus memutar otak membuat masyarakat optimis. Jika optimis, maka memunculkan keinginan mencari tahu program untuk mempertimbangkan dan membeli rumah, sesuai daya belinya.
“Kalau terlanjur takut, maka tidak dapat mengukur kemampuan. Padahal, banyak kemudahan yang ditawarkan," jelasnya.
Dia mencontohkan, di akad KPR massal, pihaknya memberikan program semua biaya akad ditanggung developer, diantaranya, biaya notaris, biaya bank dan lain-lain. Sedangkan, Unit yang di akad kreditkan yakni rumah mungil sebanyak seratus unit bertipe 22, 27 dan 32 dengan harga jual kisaran Rp 225juta hingga Rp 315 juta.
“Meski ukurannya minimalis, tapi bahannya maksimal. User tidak perlu kuatir. Karena kami berkomitmen menggunakan bahan bangunan ber-SNI,” ungkap Leo.
Dia menambahkan, untuk bata ringan, PT Satria Eka Perkasa selalu menggunakan Blesscon, satu-satunya bata ringan berstandar SNI dan mengantongi sertifikat Green Label. Karena itu, sektor properti menjadi salah satu penggerak ekonomi. "Pengaruhnya cukup signifikan untuk industri lain, seperti industri konstruksi," paparnya.
Sedangkan, Henrianto, Commercial Director bata ringan Blesson mengatakan optimismenya terhadap dunia konstruksi. Pasalnya, meski inflasi naik, tetapi kebutuhan hunian menjadi kebutuhan pokok. “Kalau belum bisa beli rumah, minimal akan merenovasi dan menambah kamar. Jadi kebutuhan bata ringan masih terus tumbuh,” terangnya.
Kebutuhan hunian, menurut Henrianto, merupakan kebutuhan yang bisa ditunda, tetapi tidak bisa dicegah. Penundaan pada masa pandemi dan dampak inflasi akan selesai, saat masyarakat bisa bergerak, sehingga terjadi penyesuaian pendapatan. Justru karena tertunda lebih dari dua tahun, maka permintaan hunian akan semakin meningkat.
“Ada outstanding 2 tahun, maka kebutuhan yang ditunda, harus segera dibangun,” pungkasnya.
Editor : Agus Ismanto