GRESIK, iNews.id - Sejak konstitusi diubah tahun 1999-2002, paradoksal di negeri ini semakin banyak terjadi. Menyikapi masalah ini, kata Ketua DPD RI AA LaNyalla Mahmud Mattalitti, seorang intelektual harusnya bisa merasakan keganjilan tersebut.
LaNyalla menjelaskan, salah satu paradoksal yang terjadi di sektor ekonomi. Indonesia yang kaya raya akan sumber daya alam (SDA), tetapi rakyatnya hidup dalam garis kemiskinan.
"Jika Anda yang berada di ruangan ini tidak merasakan keganjilan bahwa Indonesia yang kaya raya akan Sumber Daya Alam (SDA) tetapi rakyatnya miskin, maka Anda bukan intelektual," ujar LaNyalla di hadapan ratusan mahasiswa saat mengisi kuliah umum bertema Wawasan Kebangsaan di Universitas Muhammadiyah Gresik (UMG), Rabu (21/12/2022).
Keganjilan juga terjadi pada SDA yang ada di Indonesia yang hanya dinikmati segelintir orang dan orang asing saja. Begitu juga dengan pembangunan yang ternyata tidak mengentaskan kemiskinan, tetapi hanya menggusur orang miskin saja.
"Bahkan yang terjadi saat ini juga bukan membangun Indonesia, tetapi pembangunan yang ada di Indonesia," papar LaNyalla.
Dalam hal perkembangan digitalisasi, Senator asal Jawa Timur itu memaparkan keganjilan bahwa platform e-Commerce hanya dipenuhi produk impor, sementara anak negeri hanya menjadi penjual belaka.
LaNyalla menegaskan, Pancasila bukan lagi sebagai norma hukum tertinggi dan sebagai falsafah bangsa. Sebab, hal itu sudah kita tinggalkan sejak bangsa ini melakukan perubahan konstitusi pada tahun 1999 hingga 2002. Perubahan itu telah mengganti 95 persen lebih isi dari pasal-pasal Undang-Undang Dasar 1945 naskah asli.
Sehingga perlahan tapi pasti, Indonesia menjadi negara yang menjabarkan nilai-nilai individualisme dan liberalisme, sehingga ekonominya menjadi kapitalistik.
“Sekali lagi saya katakan, jika Anda yang berada di ruangan ini tidak merasakan keganjilan-keganjilan yang saya sebutkan, maka Anda bukan seorang intelektual," tegas LaNyalla.
Tokoh asal Bugis yang besar di Surabaya itu mengingatkan pentingnya pemahaman kebangsaan ditanamkan di kalangan generasi muda. LaNyalla lalu mengutip pernyataan tokoh pendidikan Ki Hajar Dewantoro yang diucapkan 31 Agustus 1928, yang mengatakan ‘Jika anak didik tidak kita ajar dengan kebangsaan dan nasionalisme, maka mungkin mereka di masa depan akan menjadi lawan kita’.
"Sebab, penghancuran ingatan kolektif suatu bangsa dapat dilakukan dengan metode non perang militer. Caranya dengan memecah belah persatuan, mempengaruhi, menguasai dan mengendalikan pikiran dan hati warga bangsa, agar tidak memiliki kesadaran, kewaspadaan dan jati diri serta gagal dalam regenerasi untuk mencapai cita-cita dan tujuan nasional bangsa tersebut," tutur LaNyalla.
LaNyalla menjelaskan, cita-cita dan tujuan nasional bangsa tertulis dengan jelas dalam UUD 1945 naskah asli beserta penjabarannya, telah diubah secara brutal oleh mereka yang hanya memikirkan kepentingan diri sendiri dan tak memiliki pandangan tentang nasib bangsa di masa mendatang.
Karena itu, lanjutnya, ia tak pernah berhenti berikhtiar untuk membangkitkan kesadaran anak bangsa akan kekeliruan tersebut. Bahwa bangsa ini harus kembali ke sistem yang telah dirumuskan para pendiri bangsa.
"Yaitu sistem demokrasi Pancasila dan sistem ekonomi Pancasila. Di mana kedua sistem yang dirumuskan para pendiri bangsa tersebut adalah sistem yang paling tepat dan sesuai dengan watak dan DNA asli bangsa Indonesia," tegas LaNyalla.
LaNyalla menaruh harapan besar kepada para Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Gresik agar berada di garis terdepan untuk memperjuangkan pemikiran para pendiri bangsa kita.
"Saya mengajak kepada seluruh lapisan masyarakat, khususnya kepada para mahasiswa Universitas Muhammadiyah Gresik, mari kita kembali kepada UUD 1945 naskah asli untuk selanjutnya kita sempurnakan kekurangannya dengan teknik adendum," ajak LaNyalla.
Hadir pada kesempatan itu Ketua Badan Pembina Harian Universitas Muhammadiyah Gresik Prof Dr Biyanto M.Ag, Sekretaris Badan Pembina Harian Universitas Muhammadiyah Gresik Firman Susanto Noor, Spd dan anggota Badan Pembina Harian Universitas Muhammadiyah Gresik, Wawan Hermawan SE.
Hadir pula Rektor Universitas Muhammadiyah Gresik Nadhirotul Laily S.Psi., M.Psi., Psikolog, Wakil Rektor I Bidang Akademik dan Kemitraan Elly Ismiyah ST., MT, Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Al-Islam Kemuhammadiyahan Suwarno, SE., Msi, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Gresik, Hariyanto, Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Gresik, M In'am dan ratusan mahasiswa Universitas Muhammadiyah Gresik.
Editor : Sazili MustofaEditor Jakarta