GRESIK, iNews.id – Pemandangan tak biasa tampak di sudut perbatasan kota Gresik - Lamongan, tepatnya di desa Pandanan, Kecamatan Duduksampean, Kabupaten Gresik, Minggu (13/3/2023).
Puluhan penghobi merpati balap, mulai dari kelompok milenial hingga Lansia ‘Tumple Blek’ mengikuti lomba balap merpati.
Lomba adu cepat Marpati ini diikuti sebanyak 60 peserta, dari berbagai wilayah di Jawa Timur di antaranya dari Gresik, Madura, Surabaya, Lamongan dan Mojokerto.
Teriknya sinar matahari, tak menyurutkan semangat komunitas para pencinta burung merpati balap untuk melombakan merpati peliharaanya.
Secara bergantian, mereka melepas puluhan merpati balap. Teriak-teriakan dan tingkah polah lucu khas pemilik merpati turut mewarnai suasana lomba yang mereka laksanakan di tengah tambak.
Para Joki bergantian mengepak-ngepakan burung merpati betina untuk menyambut merpati jantan. Dalam satu putaran ada dua peserta lomba, satu orang joki yang memegang merpati betina dan satunya melepas merpati jantan dengan jarak yang sudah ditentukan.
Layaknya pertandingan Atletik, lomba merpati balap terbagi dalam sejumlah kategori di antaranya Sprint kelas Galatama 500 meter dan 800 meter. Lomba semakin seru, karena masing masing joki saling bersautan memanggil dengan mengibas-kibaskan merpati betina pasangannya untuk memanggil merpati jantan yang dilombakan.
Salah satu peserta, Imron, mengatakan butuh perlakuan khusus untuk menghasilkan burung berkualitas. Dimulai dari pemilihan bibit dari indukan jenis unggul, menjaga kebersihan kandang, penyediaan makanan dan pelatihan untuk membuat merpati terbang cepat dan gesit.
“Sama dengan penghobi burung yang lain, merawat Merpati balap butuh kesabaran dan ketelatenan di antaranya pemilihan bibit unggul, kebersihan kandang, hingga latihan secara rutin," ujarnya.
Sementara itu, Kepala desa Pandanan mengatakan lomba balap merpati menjadi media untuk melestarikan budaya balap merpati yang telah ada sejak jaman Kolonial. Melalui balap merpati diharapkan mendongkrak perekonomian warga dan membangkitkan sektor UMKM.
"Ini seni melestarikan tradisi yang telah ada sejak jaman kolonial Belanda," ujarnya.
Editor : Agus Ismanto