GRESIK, iNewsGresik.id - Keterbatasan ekonomi tidak menyurutkan semangat M. Andy Royan (20) mewujudkan cita-citanya. Anak pedagang Es Oyen gerobak yang sehari-hari berjualan di pinggir jalan ini, mampu mengharumkan Indonesia di cabang olahraga balap sepada tingkat dunia.
Remaja asal Desa Sukomulyo, Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik tampil mewakili Indonesia di Kejuaraan Dunia Balap Sepeda UCI 2023 (internasional UCI Cycling World Championship) 2023 di Glasgow Skotlandia yang digelar pada tanggal 9 hingga 12 Agustus 2023.
“Si miskin berhak punya mimpi. Inilah pesan ayah yang terus melekat dan menjadi penyemangat mewujudkan cita cita," ujar Royan, sapaan akrab atlet balap sepeda mengawali kisahnya.
Meski terlahir dari keluarga sederhana, tetapi tekadnya menjadi atlet sepeda dunia terus membara. Berkat ketekunanya, ia mampu menyabet segudang prestasi di antaranya Juara 3 Asian Championship di Thailand, Juara 1 di Tiga kelas Djarum Foundation Internasional Series di Wonosari Gunung Kidul tahun 2019.
Remaja berusia 20 tahun ini, juga berhasil menjadi Juara 1 di Dua kelas ITT dan Qriterium serta Juara 5 IRR dikarenakan trobel di jalan di Porwirejo Jateng tahun 2019, Juara 1 di Tiga kelas youth Djarum Foundation series di Lombok Barat tahun 2019, dan masih banyak lagi.
Bahkan, Royan saat ini tercatat di Puslatnas menjadi atlet berbakat nasional dan akan mengikuti Asean Games di bulan Oktober mendatang.
Prestasi itu dicapai melalui perjuangan, disiplin dan semangat pantang menyerah. Ia harus berlatih selama 1,5 jam setengah dengan jarak tempuh 45 kilometer setiap hari. Latihan dilakukan setiap pulang sekolah.
"Jadi total waktu latihan dalam semingu sebanyak 6 kali dan 1 kali untuk recovery," ungkapnya.
Usahanya tidak sia sia. Setelah 2 tahun berlatih, Royan mampu berpartisipasi dan meraih juara di berbagai kejuaraan di antaranya Kejurnas di Tegal. Meski baru pra, tetapi di umurnya yang masih 13 tahun sudah meraih juara 1.
Kemudian di umur 14 tahun, berhasil masuk di Puslatda Jatim untuk mengikuti kejuaraan PON Papua. Selanjutnya, pada tahun 2021 di Pon Papua gagal bertanding. Karena ada 13 cabor yang tidak dipertandingkan. "Akhirnya gagal bertanding. Padahal, saya sudah optimis meraih juara" tuturnya.
Perjalanan mewujudkan impiannya tidak semudah membalikkan tangan. Saat berusia 13 tahun, Royan pernah mengalami kecelakaan saat berlatih. Karena kondisi ekonomi yang pas-pasan, ia tidak berobat di rumah sakit, tetapi cukup menjalani terapi seadanya.
"Alhamdulilah. Sakit saya sembuh total. Ini membuat saya semakin semangat berlatih dan terus berusaha menjadi yang terbaik," bebernya.
Sepenjang menekuni karirnya, Royan pernah memiliki kenangan memilukan. Usai lomba balap sepada Tour de Linggajati, beberapa hari kemudian harus mengikuti lomba balap sepeda di Tegal. Selama menunggu jadwal lomba, dirinya harus rela tidur di Masjid.
"Mau pulang tidak ada biaya. Akhirnya tidur di masjid selama 2 hari. Bahkan, saya dan ayah terpaksa nguli bangunan untuk mencari tambahan uang saku, " kenangnya.
Sebelum memutuskan menjadi atlet sepeda, Royan sempat menekuni cabor sepak bola, futsal, pencak silat, tapi nggak bertahan lama karena bosen. Namun, ayah terus memberikan semangat dan meminta agar disiplin berlatih.
"Ayah berpesan untuk sampai di posisi puncak kesuksesan membutuhkan keseriusan (disiplin tinggi) dan biaya yang tidak sedikit. Jangan setengah setengah harus fokus. Itulah pesan ayah yang selalu menjadi motivasi hidup saya,” pungkasnya.
Editor : Agus Ismanto