JAKARTA, iNewsGresik.id – PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SIG) terus tingkatkan pemanfaatan bahan bakar alternatif dari limbah industri, sampah perkotaan menjadi refuse-derived fuel (RDF), biomassa dan sumber lainnya.
Langkah ini ditempuh untuk mendorong rasio substitusi energi panas (thermal substitution rate/TSR) demi mewujudkan net zero emission pada tahun 2060.
Corporate Secretary SIG, Vita Mahreyni mengatakan, penggunaan bahan bakar alternatif sebagai substitusi batubara merupakan inisiatif strategis untuk mendorong optimalisasi penggunaan energi baru terbarukan (EBT) yang lebih ramah lingkungan.
"Inisiatif ini, merupakan upaya SIG dalam mereduksi emisi GRK yang menjadi penyebab perubahan iklim dan pemanasan global," terang Vita Mahreyni.
Perubahan iklim akibat emisi emisi gas rumah kaca (GRK), lanjut Vita, berdampak pada peningkatan suhu bumi. Kondisi ini mendesak upaya bersama mereduksi emisi GRK.
"Sebagai perusahaan yang berorientasi pada keberlanjutan, SIG berkomitmen untuk berpartisipasi dalam upaya global mereduksi emisi GRK melalui penggunaan bahan bakar alternatif sebagaimana telah ditetapkan dalam Sustainability Roadmap SIG 2030,” ungkapnya.
Vita Mahreyni menambahkan penggunaan bahan bakar alternatif juga memberikan berbagai manfaat mulai dari lingkungan, ekonomi, hingga sosial. Pada aspek lingkungan, RDF dapat menurunkan emisi gas rumah kaca, mengurangi persoaalan tumpukan sampah, seperti keterbatasan lahan untuk TPA, menimbulkan bau dan gangguan penyakit pada masyarakat sekitar.
Pada aspek ekonomi, RDF turut membantu pemerintah mengurangi biaya pembelian lahan landfill atau Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Sedangkan, dari aspek sosial, turut berkontribusi menciptakan lingkungan yang bersih, sehat, dan nyaman bagi masyarakat.
Masih kata Vita, RDF saat ini telah digunakan di proses produksi semen di PT Solusi Bangun Indonesia Tbk Pabrik Narogong, Cilacap, dan Tuban. "Pada 2023, total penggunaan RDF di tiga pabrik tersebut mencapai 30.061 ton," terang Vita.
Pada sisi lain, lanjut Vita, penggunaan biomassa sebagai bahan bakar alternatif, menjadi solusi mengurangi limbah pertanian yang berpotensi menimbulkan gas metana, sekaligus memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat khususnya para petani.
"Saat ini, total pengunaan biomassa di pabrik-pabrik SIG selama 2023 mencapai 325.804 ton," bebernya.
Selain menggunakan bahan bakar alternatif, lanjut Vita, SIG telah melakukan berbagai upaya mereduksi emisi GRK, di antaranya dengan melakukan efisiensi konsumsi energi termal (Specific Thermal Energy Consumption/STEC) melalui digitalisasi dan optimasi proses produksi serta penggunaan teknologi hydrogen injection.
SIG juga menginisiasi pemanfaatan energi baru terbarukan melalui penggunaan panel surya untuk substitusi energi listrik pada unit-unit operasionalnya, serta konversi energi termal gas panas buang dari proses produksi semen menjadi energi listrik (Waste Heat Recovery Power Generation/WHRPG). Berkat usahanya itu, pada 2023 SIG berhasil memangkas emisi GRK cakupan 1 sebesar 17% dari baseline 2010.
"Sebagai perusahaan yang memiliki kemampuan dan pengalaman, SIG hadir memberikan solusi pengelolaan limbah dan sampah secara berkelanjutan dengan prinsip ekonomi sirkular yang tidak hanya ramah lingkungan tetapi juga memberikan manfaat ekonomi bagi perusahaan dan masyarakat,” pungkas Vita Mahreyni.
Editor : Agus Ismanto