iNewsGresik.id - Proyek pembangunan Smelter tembaga di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Java Integrated and Industrial Port Estate (JIIPE) di Kecamatan Manyar, Gresik, Jawa Timur terus dikebut pengerjaanya.
Memasuki Minggu terakhir bulan Juni 2023, PT Freeport Indonesia(PTFI) menyebut proyek pengerjaan proyek telah mencapai 74,07 persen. Dan pada akhir Desember 2023 ditargetkan sudah menyelesaikan utilitas produksi smelter.
“Dengan progres yang ada, kami optimis Smelter tembaga PT Freeport Indonesia di KEK Gresik akan mulai beroperasi pada bulan Mei 2024 mendatang,” ujar Yoga Ameliasari, Construction Manager Smelter Freeport Gresik, di Surabaya, Selasa (8/8).
Dikatakanya, pembangunan konstruksinya ditargetkan tuntas 100 persen pada akhir tahun 2023. Kemudian, lanjut ke fase soft commissioning dan ramp up operasi di Juni 2024.
"Jika melihat rencana Kurva S, penyelesaian pembangunan smelter yang disetujui pemerintah, proyek Smelter Manyar mencapai 52,9 persen pada Januari 2023. Dengan begitu, capaian ini melebihi target yang ditetapkan," jelasnya.
Yoga Ameliasari menambahkan pekerjaan tiang pancang yang berjumlah sebanyak 18 ribu sudah selesai 100 persen. Pekerjaan konkret beton smelter sudah mencapai 74 persen atau 171 ribu m3.
Kemudian pembangunan instalasi baja sudah mencapai 48 persen. Pembangunan instalasi peralatan menyelesaikan 39 persen, dan pembangunan pelabuhan sudah merampungkan 100 persen.
"Total kumulatif biaya mencapai US$ 2,4 Miliar atau sekitar Rp 36 triliun,"terang Yoga didampingi Kery Yarangga, Manager External Communications Corporate Communications PT Freeport Indonesia.
Sementara itu, Superintend External Comunication PTFI, Sari Esayanti, menyebutkan, pengolahan smelter Manyar akan ditambahkan dengan kapasitas pengolahan smelter yang telah beroperasi, yakni PT Smelting dengan kapasitas pengolahan 1 juta ton konsentrat tembaga setiap tahun. Dan rencananya akan ditambah 300 ribu ton pada pengembangan produksi yang saat ini sedang berjalan.
“Setelah smelter Manyar beroperasi, Freeport mampu mengolah 3 juta ton konsentrat tembaga per tahun,” ujar Sari Esayanti bersama Katri Kisnati, VP Comunication PT Freeport Indonesia.
Katri menambahkan, Smelter Gresik nantinya akan memproduksi katoda tembaga sebesar 550 ribu ton per tahun. Smelter tersebut juga dilengkapi dengan pemurnian emas dan perak.
Menurutnya, smelter single line atau satu jalur terbesar di dunia ini akan mampu menyerap konsentrat tembaga hingga 1,7 juta ton per tahun. Kemudian, produk katoda tembaga yang dihasilkan bisa mencapai 600.000 ton per tahun.
"Tak hanya menghasilkan katoda tembaga, produk sampingan lain juga akan dihasilkan oleh smelter ini mulai dari produk yang terkandung dalam lumpur anoda yakni emas dan perak murni sebanyak 6.000 ton per tahun, asam sulfat sebanyak 1,5 juta ton per tahun, terak tembaga sebanyak 1,3 juta ton per tahun, dan gipsum sebanyak 150.000 ton per tahun," bebernya.
Nantinya, lanjut Katri, total kapasitas pengolahan konsentrat smelter pada 2024 akan mencapai 3 juta dmt/tahun. Pabrik tembaga milik PT Freeport Indonesia (PTFI) menyerap tenaga kerja di smelter anyar sebanyak 150.000 pekerja.
Rinciannya sebanyak 98 persen merupakan tenaga kerja Indonesia dan di antaranya pekerja lokal sebesar 50 persen dari Jawa Timur yang mencakuo tenaga kerja konstruksi smelter, PMR, dan ekspansi PT Smelting.
"Dengan gabungan kapasitas dari Smelter Baru dan Smelting Gresik, maka konsentrat PT Freeport Indonesia 100 persen di dalam Negeri," pungkasnya.
Editor : Agus Ismanto