GRESIK, iNews.id-Pemandangan berbeda terlihat di ruas jalan Akhmat yani, kabupaten Gresik, tempat kantor pusat PT Petrokimia Gresik. Pada peringatan hari ulang tahunnya yang ke-50, perusahaan penghasil pupuk terbesar di Indonesia ini, bersolek dengan menyuguhkan gemerlap Damar kurung, lampion khas Gresik dengan beragam variasi gambar bertema religius.
Gemerlap cahaya seribu damar bertebaran sepanjang hampir 100 meter. Menumbuhkan kesan cantik dan sedap dipandang mata, bagi warga Kota santri Gresik yang melintas maupun mereka pecinta dunia fotografi.
"Tabik. Ini perusahaan pertama di Gresik yang merespons damar kurung lumayan total. Tidak setengah hati. Bahkan jumlah yang dipajang lebih banyak dibanding saat festival yang pernah ada," ujar budayawan Gresik, Kris Aji.
Ia mengatakan, bangga dan mengapresiasi upaya perusahaan pupuk PT Petrokimia Gresik, melestarikan budaya lokal pada rangkaian perayaan ulang tahunnya yang ke 50.
"Saya mengapresiasi setiap upaya pelestarian dan pengembangan budaya lokal. Semoga upaya PT Petrokimia Gresik, menginspirasi perusahaan perusahaan yang lain di Gresik," tandasnya.
Dikatakannya, kebudayaan harus terus dikembangkan dan dilestarikan sesuai dengan perkembangan zaman. "Budaya itu bukan hanya dilestarikan, tapi juga dikembangkan. Kalau budaya hanya dilestarikan, nanti budaya hanya akan jadi bagian dari masa lalu. Kalau dikembangkan, budaya akan terus mengalami kemajuan,sesuai dengan perkembangan zaman, sehingga bisa dinikmati anak cucu mendatang," urainya.
Kris Aji, menambahkan, sampai saat ini tidak ada yang tahu kapan Damar Kurung pertama kali dibuat. Menurut pengamatan Jaseters Damar Kurung merupakan metamorphosis dari Wayang Beber. Sebuah seni pertunjukan yang menceritakan lukisan di atas kertas dengan panjang mencapai 6 meter diterangi sebuah lampu damar pada balik kertas. Wayang beber, akhirnya ditinggalkan, karena lebih menarik dengan wayang kulit yang di ciptakan oleh Sunan Kalijaga," ujarnya.
Beberapa seniman, lanjutnya, beranggapan Damar Kurung sudah ada saat abad 16, meskipun angka ini tidak pasti. Karena lukisan pada Damar Kurung dikatakan lebih condong ke gaya lukis era Sunan Prapen yang masih menggunakan gaya lukis 2 dimensi dari Serat atau Babad Sindujoyo.
"Namun, apabila diamati, lukisan Damar Kurung lebih condong pada relief lukisan dinding piramida, Mesir. Terlebih pada alur cerita atau pembacaan gambar yang dilakukan secara berlanjutan. Di Indoensia, lebih mirip dengan motif kain batik dan kain tenun dari Sasak di Lombok, Nusa Tenggara Barat," paparnya.
Ia menambahkan, Mbah Masmundari, adalah orang yang dikenal sangat berjasa dan peduli terhadap Damar Kurung. Para sesepuh dari Desa Lumpur menyebutnya dengan panggilan Mbah Ndari. "Banyak pernyataan bahwa Mbah Ndari adalah pencipta dari Damar Kurung, karena apabila Damar Kurung sudah ada selama ratusan tahun, sudah pasti banyak perajin Damar Kurung ada pada kalangan Sesepuh," tambahnya.
Budayawan, sekaligus seniman lukis, menambahkan, tidak ada catatan kronik dari China ataupun catatan perjalanan tentang tradisi dari Belanda, Inggris maupun Jepang tentang Damar Kurung.
Damar Kurung juga merupakan tradisi warga muslim Gresik untuk menyambut Lailatul Qodar di bulan suci Ramadhan dengan menggantungkan Damar Kurung di depan rumah.
"Damar Kurung berbeda dengan lampion yang selalu diidentikan lampion warga Tiongkok. Damar Kurung justru lebih memiliki kesamaan dengan lentera Jepang yang biasa disebut Andon. Saat ini kerajinan Damar Kurung telah berkembang dan menjadi suvenir khas Kota Gresik," pungkasnya.
Editor : Agus Ismanto