GRESIK, iNews.id - Sarasehan sejarah dan budaya Naditira Madanten 1358 menandai berakhirnya Missi Ekspedisi Bengawan Solo (MEBS) 2022 di balai desa Bedanten, Kecamatan Bunga, Kabupaten Gresik.
Saresehan bertajuk "Refeleksi Nilai Luhur Dalam Upaya Menjaga dan Melestarikan Sungai Bengawan" menghadirkan sejumlah narasumber, diantaranya Eko jarwanto (Sejarawan Lokal), Mustakim (Sejarawan lokal), Kepala dinas PUPR, Diaz Nawaksara (Filolog), Sudi Harjanto (Sejarawan Kasik}, Amir Syarifudin (filolog), KH mudlofar Usman (sejarawan) dengan moderator Nanang Purwanto.
Ekspedisi Bengawan Solo yang diinisiasi Komunitas Stand Up Paddle Board Indonesia dan Yayasan Putra Nusantara, didukung sejumlah organisasi dan komunitas peduli lingkungan di Jateng-Jatim, menempuah perjalanan sejauh 462 kilometer berlangsung sebulan, 14 Juli - 14 Agustus 2022.
Penanggung jawab MEBS, Tofan Ardi, mengatakan, missi ini tidak sekedar mengajak masyarakat mengenang kejayaan sungai terpanjang di pulau Jawa sebagai bagian dari pusat peradaban di pulau jawa.
Namun juga menyajikan data mengenai kondisi terkini sungai Bengawan dan memetakan strategi konservasi yang selaras dengan poin poin sustainable development goals.
"Tim MEBS berangkat dari Waduk Wonogiri dan finish di desa Bedanten, kecamatan Bungah, Gresik," ujar Tofan Ardi, Minggu (14/8/2022).
Dikataknya, kepedulian terhadap sungai Bengawan tidak hanya tanggung jawab masyaraat satu atau dua kabupaten, tetapi juga seluruh masyarakat yang dilintasi aliran sungai bengawan.
"Misi ini mengusung konsep "River Side Ecologycal Society" untuk menggalang partisipasi masyarakat di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Bengawan Solo, dari hulu hingga hilir," terangnya.
Melalui MEBS, lanjutnya, mengajak pemerintah, pelaku usaha dan stakeholder terkait, untuk terlibat berkontribusi terhadap ekologi yang berkelanjutan. "Aksi bersama ini diharapkan, menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk ikut peduli terhadap kelestarian Bengawan Solo. " terangnya.
Sejarawan Nanang Purwanto, mengatakan, salah satu tujuan MEBS untuk menggali sejarah potensi dan budaya, seperti tertulis di prasasti Canggu tahun 1358 H dan Babad madura 1833 H. Prasasti itu mencatat bahwa wilayah aliran sungai Bengawan pernah menjadi pusat peradaban di pulau Jawa.
"Salah satu tujuan MEBS untuk mengenang kejayaan Bengawan Solo sebagai bagian dari pusat peradaban Tanah Jawa melalui sisi historis," ujarnya.
Dikatakanya, melalui MEBS diharapkan mengembalikan kejayaan sungai Bengawan sebagai pusat peradaban di tanah Jawa. "Hampir seluruh wilayah yang dilalui aliran sungai Bengawan Solo merupakan daerah lumbung pangan nasional, termasuk pula beberapa daerah di Jawa Timur seperti Bojonegoro, Lamongan dan Gresik," terangnya.
Lebih jauh, Nanang menjelaskan, MEBS juga menyajikan data mengenai kondisi terkini Bengawan Solo dan memetakan strategi konservasi, yang tentunya selaras dengan poin-poin dalam Sustainable Development Goals.
"Sungai Bengawan menjadi pusat peradaban sejak jaman kerajaan Majapahit. Karena itu, MEBS akan menggali berbagai potensi sejarag dan budayanya," terangnya.
Sementara itu, Bupati Gresik, Fandi Akhmad Yani, mengatakan, mendukung dan mengapresiasi MEBS yang diprakarsasi Komunitas Stand Up Paddle Board ndonesia, Yayasan Putra Nusantara dan sejumlah organisasi komunitas peduli lingkungan di Jateng dan Jatim.
"MEBS Membantu Pemkab Gresik menentukan arah kebijakan pemkab gresik dalam penanganan dan pelestarian sungai engawan," tandasnya.
Terlebih dalam upaya pengembangan potensi wisata desa karena di desa-desa di aliran sungai bengwan gresik tersimpan beragam potensi wisata sejarah. "Pemkab Gresik bertekad menjadikan sungai Bengawan sebagai potensi wisata, seiring dengan upaya MEBS ," ujarnya.
Editor : Agus Ismanto
Artikel Terkait