GRESIK, iNews.id - Dinas Kesehatan kabupaten Gresik gencar melakukan kolaborasi lintas sektoral untuk mempercepat eliminasi Tuberculosis. Gerakan bersama dilakukan melalui upaya promotif dan preventif TBC di sekolah, pondok pesantren, lembaga pemasyarakat dan masyarakat.
Kabid Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Gresik, dr. Puspitasari Wardani mengatakan kolaborasi dibutuhkan dalam penanggulangan TBC. Sesuai peraturan bupati, pada 2028 Gresik menargetkan bebas TBC.
"Karena itu, seluruh elemen masyarakat harus berperan aktif. Apalagi kasus TBC ini menjadi momok berbahaya dan menular," katanya saat menggelar pernyataan bersama upaya kolaborasi penanggulangan TBC di Hotel Aston Inn Gresik, Rabu (21/12/2022).
Untuk itu, lanjutnya, sejumlah stakeholder di Kabupaten Gresik sepakat berkolaborasi meminimalisir persebaran penyakit mematikan tersebut. "Kita ingin Gresik menjadi kota yang sehat. Gerakan ini dimulai dengan melakukan skrining di sekolah, Ponpes dan masyarakat luas. Tidak ada warga yang boleh sakit," jelasnya.
Dr Puspita mengungkapkan tantangan utama dalam kasus TBC yakni kurang terbukanya masyarakat yang terduga terinfeksi TBC. Dari beberapa kasus, warga malu dan khawatir dikucilkan masyarakat, jika terdeteksi terserang TBC.
"Kami mengimbau masyarakat yang terserang batuk-batuk disertai penurunan berat badan agar secepatnya melapor ke layanan kesehatan terdekat, nanti akan mendapatkan perawatan medis secara gratis," terang Puspita.
Selain itu, pasien atau masyarakat yang mengidap TBC, harus disiplin minum obat dan menjaga kebersihan. Menurutnya, dinas kesehatan Gresik mencatat, terdapat lima wilayah kecamatan di kabupaten Gresik dengan kasus TBC terbesar, yakni Kecamatan Manyar, kota Gresik, Kebomas, Cerme dan Balongpanggang.
“Melalui kolaborasi lintas sektoral diharapkan dapat mengeliminasi tuberkulosis di Gresik,” tandasnya.
Sementara itu, Staff Program Yayasan Bhanu Yasa Sejahtera (YABHYSA), Falaq Fazaruddin mengatakan pihaknya siap berkolaborasi dengan dinas kesehatan dalam upaya penanggulangan TBC di Kota Gresik.
"Kita memiliki kader di seluruh puskesmas. Kami harap Dinas kesehatan lebih aktif berkoordinasi dan komunikasi sehingga penanganan lebih masif," ungkap dia.
Falaq menambahkan, di Gresik terdapat 2.500 pasien yang terdeteksi dari total prakiraan sebanyak 3.066. Dari jumlah tersebut, sekitar 15% belum terdeteksi. “Diprediksi terdapat sekitar 400-an orang belum terdeteksi sehingga belum tertangani,” ujarnya.
Selama tergabung dalam komunitas peduli TBC, lanjutnya, terdapat sejumlah tantangan di antaranya pemahaman yang keliru bahwa penyakit TBC adalah penyakit menular dan tidak bisa disembuhkan.
“Akibatnya, banyak penderita TBC dikucilkan atau dijauhi oleh masyarakat, sehigga berberdampak pada psikis serta mental para penderita TBC," katanya.
"Seperti Covid-19, rata-rata pasien itu takut karena dikucilkan. Mangkanya sosialisasi serta tracing terus dilakukan. Kami memiliki sebanyak 150 kader di puskesmas dan akan terus ditigkatkan hingga di tingkat desa,” imbuhnya.
Editor : Agus Ismanto
Artikel Terkait