GRESIK, iNews.id - Santri Ponpes Qomaruddin di desa Bunga, Kecamatan Bunga, Kabupaten Gresik memanfaatkan bulan suci Ramadhan untuk mengkaji kitab kuning (Kitab Gundul Berbahasa Arab) yang identik dengan pesantren.
Selain memperdalan agama Islam, kajian ini juga untuk melestarikan tradisi yang telah berlangsung secara turun temurun di Ponpes yang berdiri sejak tahun 1747 Masehi.
Pengasuh Ponpes Qomaruddin Gresik, KH Muhammad Ala'uddin mengatakan mengaji kitab kuning sudah menjadi aktivitas para santri di bulan Ramadhan seperti sekarang ini. Momen Ramadhan juga digunakan santri untuk "ngaji kilatan".
"Disebut ngaji kilatan, kerena kegiatan ini berlangsung hanya Ramadhan, dan pengkajian kitab pun dikebut," ujarnya, Selasa (28/ 3/2023).
Para santri, lanjutnya harus memahami isi kitab kuning, dengan belajar Tata Bahasa Arab, seperti Ilmu Nahwu, Ilmu Shorrof, sampai Ilmu Mantiq, dan sejumlah cabang ilmu lainnya. Ilmu itu masih dasar, dan harus didalami dengan mengikuti kajian kitab yang dipimpin pengasuh maupun santri senior.
"Metode pengajian kitab kuning berlangsung dengan cara tatap muka. Pengasuh ataupun santri senior membacakan naskah bahasa arab lengkap dengan artinya sesuai dengan bahasa di pondok," terangnya.
KH Muhammad Ala'uddin mengungkapkan Ponpes Qomaruddin didirikan kyai Qomaruddin pada tahun 1747 Masehi, termasuk salah satu ponpes tertua di pesisir utara pulau Jawa.
"Sejarah berdirinya Ponpes ini, berawal dari permintaan Bupati Kanoman Gresik waktu itu yakni Raden Tumenggung Tirtorejo, yang juga menjadi santri KH Qomaruddin di Ponpes Kanugrahan di lamongan," ungkapnya.
KH Qomaruddin kemudian mengabulkan permintaannya memindahkan Ponpesnya Kanugrahan di Lamongan untuk menyebarkan agama islam di kawasan pesisir utara Gresik.
"Terdapat sejumlah bukti sejarah terkait berdirinya Ponpes Qomaruddin di antaranya sejarah masa hidup Raden Tumenggung Tirtorejo, Bupati Kanoman Gresik dan serta bukti Manuskrip Ponpes Qomaruddin," bebernya.
Dalam perjalananya Ponpes di belahan utara Gresik ini, akhirnya berkembang pesat. Setiap tahunnya mampu menampung sebanyak 700 santri yang datang dari berbagai penjuru wilayah di Indonesia.
"Selain mengaji Kitab Kuning, Santri di kelas Tahfidz Al quran juga diwajibkan menyetorkan hafalan Al Quran yang menjadi kegiatan wajib seluruh santri, termasuk memperbanyak membaca Al quran di bulan ramadhan ," pungkasnya.
Editor : Agus Ismanto
Artikel Terkait