iNewsGresik.id - Sebanyak 64 desa yang tersebar di 12 kecamatan di Kabupaten Gresik mengalami krisis air bersih. Hal ini disebabkan oleh keringnya sejumlah sumur dan waduk tadah hujan (embung), yang membuat warga kesulitan mendapatkan air bersih.
Untuk memenuhi kebutuhan air, sebagian warga mengandalkan distribusi air bersih dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gresik. Namun, sebagian lainnya terpaksa mengeluarkan biaya ekstra hingga ratusan ribu rupiah per minggu untuk membeli air bersih.
Krisis air bersih ini melanda desa-desa seperti Desa Tenggor di Kecamatan Balongpanggang. Ketika truk BPBD datang, ratusan warga bergegas membawa jeriken, ember, dan wadah seadanya. Bahkan, warga lanjut usia (lansia) pun ikut berdesakan demi mendapatkan air bersih.
Ria, seorang warga terdampak, mengungkapkan bahwa krisis air sudah berlangsung selama empat bulan terakhir akibat keringnya sumur di lingkungannya. Ia berharap distribusi air bersih dari BPBD dapat terus ditingkatkan karena situasi semakin memburuk.
"Sumur dan waduk sudah kering. Kami hanya bisa mengandalkan droping air bersih," ungkap Ria.
Kepala Desa Tenggor, Kowinanto, menjelaskan bahwa droping air bersih menjadi andalan warganya untuk kebutuhan sehari-hari seperti memasak dan keperluan rumah tangga lainnya. "Sudah empat bulan terakhir kami mengalami krisis air bersih. Sumur dan waduk yang menjadi sumber air warga telah mengering karena kemarau panjang," ujarnya.
Sukardi, Kepala BPBD Kabupaten Gresik, menyatakan bahwa pihaknya mengirimkan 25 ribu liter air bersih atau lima mobil tangki setiap hari ke desa-desa yang terdampak. Hingga kini, BPBD telah mendistribusikan hampir 400 ribu liter air bersih, setara dengan 375 mobil tangki.
"Kami sudah mendistribusikan bantuan air bersih hampir 400 ribu liter atau sebanyak 375 mobil tangki," kata Sukardi.
Editor : Agus Ismanto
Artikel Terkait