SIDAYU, iNewsGresik.id – Setelah lebih dari dua dekade vakum, tradisi Kajakan kembali dihidupkan oleh warga Desa Randuboto, Kecamatan Sidayu, Gresik. Tradisi yang telah berumur ratusan tahun ini menjadi wujud nyata solidaritas para nelayan dalam membantu renovasi rumah ibadah di desanya.
Sebanyak 150 nelayan dengan 52 perahu berbondong-bondong melaut bersama dalam tradisi Kajakan. Hasil tangkapan berupa kerang kecil, kerang hijau, kepiting, sembilang, hingga pari dikumpulkan, lalu dijual ke pengepul.
Menariknya, seluruh hasil penjualan, yang besarnya mencapai sekitar Rp15 juta, digunakan untuk mendukung renovasi langgar Sabillul Muttaqin, termasuk pavingisasi halaman dan pembangunan tempat wudhu baru bagi pria dan wanita.
Subianto (41), salah satu nelayan peserta Kajakan, mengungkapkan bahwa hasil tangkapan bisa mencapai satu kuintal lebih. "Kami mencari kerang, kepiting, sembilang, ataupun pari. Nanti hasilnya dijual dan uangnya disumbangkan ke langgar yang membutuhkan," katanya, Senin (28/4)
Kepala Desa Randuboto, Andhi Sulandra, menjelaskan bahwa tradisi ini bukan sekadar kegiatan melaut bersama, tetapi juga mengandung nilai solidaritas sosial dan kepedulian terhadap lembaga keagamaan.
Menurutnya, terakhir kali tradisi Kajakan digelar warga pada tahun 1998. "Tradisi Kajakan ini sudah ada sejak ratusan tahun lalu. Kami ingin menghidupkan kembali semangat gotong royong ini, agar bisa terus berlanjut untuk membantu rumah-rumah ibadah di desa kami," ujar Andhi.
Dengan banyaknya rumah ibadah di Randuboto, Andhi berharap tradisi Kajakan bisa menjadi agenda rutin tahunan, tidak hanya sekadar mengenang masa lalu, tetapi juga sebagai bentuk nyata kepedulian terhadap kehidupan beragama dan sosial masyarakat desa.
Editor : Agus Ismanto
Artikel Terkait
