Petani Milenial Gresik Sulap Lahan Langganan Banjir Menjadi Kebun Sayur Beromzet Jutaan Rupiah

Agus Ismanto
Petani milenial di desa Kalipadang, Kecamatan Benjeng, Kabupaten Gresik berhasil mengolah lahan langganan banjir menjadi areal kebun sayur beromset puluhan juta Rupiah.

Agung menambahkan, kelompok petani milenial, bahkan memanfatkan semua lahan yang ada untuk menanam sayur, termasuk memanfaatkan pekarangan di depan rumahnya. Bahkan, saat pandemi Covid-19, penghasilan dari usaha sayur tidak terdampak, justeru penghasilanya semakin meningkat. 

"Daya tarik keuntungan inilah yang membuat petani sayur dilirik kelompok milenial," tandasnya.

Desa di bantaran sungai Lamong ini, lanjutnya dikenal sebagai penghasil sayur. Hampir 70 persen warganya bekerja menjadi petani sayur di antaranya menanam bayam, kangkung,  dan sawi.  

“Semula hanya para orang tua saja yang bertani. Namun, sejak 5 tahun terakhir, mulai bergeser dan banyak diminati kelompok milenial. Alasanya, keuntungan bertani sayur yang jauh lebih menjanjikan” terangnya. 

Desa Kalipadang,Kecamatan Benjeng, Kabupaten Gresik, merupakan desa penghasil sayur terbesar di Gresik.  Produk sayurnya, tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan warga Gresik, tetapi juga warga Surabaya, Lamongan dan Sidoarjo.

Meski menjadi  langganan banjir, tetapi warga di desa ini tidak pernah menyerah. Mereka, membuat waduk penampung air di sekitar kebun. Waduk ini menjadi sumber satu-satunya sumber irigasi petani sayur di musim kemarau. 

“Waduk tadah hujan  ini, tidak hanya menampung air, tetapi juga menjadi roda perekonimian warga di musim kemarau,” Ungkap Agung. 

Sementara itu, Kepala desa Kalipadang, Candra Prasetya Suwandi, mengatakan kelompok petani milenial juga memanfaatkan perangkat teknologi modern di antaranya menggunakan penyiram tanaman otomatis (Sprinkle).  Penyemprot tanaman otomatis ini bisa berputar 360 derajat  untuk menyirami tanaman. 

“Dengan begitu, petani bisa bekerja lebih efektif dan hasilnya jauh lebih maksimal,” ujar Kades yang akrab disapa Candra. 

Dikatakaya, kelompok petani milenial di desa ini juga berhasil membuat pupuk organik dengan  memanfaatkan tanaman lamtoro gong di sekitar kebun.  Pupuk inovasi warga ini ramah lingkungan, efektif menyuburkan tanah dan membuat produk sayur yang dihasilkan lebh sehat.

“Karena itu, produk sayurnyalangsung habis terjual di kebun. Petani gak kesulitan memasarkan hasil panennya,” terangnya. 

Kades Candra, menambahkan  selama ini, petani hanya mengandalkan waduk tadah hujan. Akibatnya, saat memasuki musim kemarau  mengalami kekeringan dan petani kesulitan air irigasi. “Kami berharap dukungan Pemkab Gresik  membantu menyediakan sumur bor, “ harapnya.

Ketersediaan sumur bor,lanjutnya,  sangat dibutuhkan untuk keperluan irigasi di musim kemarau. Pasalnya, produktivitas petani terhenti di musim kemarau. “Dengan sumur bor, maka petani akan dapat terus bekerja,“  urainya.

Lebih jauh, Candra mengungkapkan, ke depan akan menjadi kebun sayur di desanya menjadi wahana wisata edukasi Agro Sayur.  Destinasi wisata ini, menyediakan lahan bagi wisatawan, terutama anak anak beajar menanam, merawat hingga memanen sayur.

“Mohon doanya. Tekad kami menyediakan destinasi wisata Agro Petrik Sayur secepatnya terwujud,” pungkasnya. 
 

Editor : Agus Ismanto

Sebelumnya

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network