Luar Biasa! Anak Penjual Es Oyen Gerobak Mewakili Indonesia di Kejuaraan Dunia Balap Sepeda UCI 2023
"Jadi total waktu latihan dalam semingu sebanyak 6 kali dan 1 kali untuk recovery," ungkapnya.
Usahanya tidak sia sia. Setelah 2 tahun berlatih, Royan mampu berpartisipasi dan meraih juara di berbagai kejuaraan di antaranya Kejurnas di Tegal. Meski baru pra, tetapi di umurnya yang masih 13 tahun sudah meraih juara 1.
Kemudian di umur 14 tahun, berhasil masuk di Puslatda Jatim untuk mengikuti kejuaraan PON Papua. Selanjutnya, pada tahun 2021 di Pon Papua gagal bertanding. Karena ada 13 cabor yang tidak dipertandingkan. "Akhirnya gagal bertanding. Padahal, saya sudah optimis meraih juara" tuturnya.
Perjalanan mewujudkan impiannya tidak semudah membalikkan tangan. Saat berusia 13 tahun, Royan pernah mengalami kecelakaan saat berlatih. Karena kondisi ekonomi yang pas-pasan, ia tidak berobat di rumah sakit, tetapi cukup menjalani terapi seadanya.
"Alhamdulilah. Sakit saya sembuh total. Ini membuat saya semakin semangat berlatih dan terus berusaha menjadi yang terbaik," bebernya.
Sepenjang menekuni karirnya, Royan pernah memiliki kenangan memilukan. Usai lomba balap sepada Tour de Linggajati, beberapa hari kemudian harus mengikuti lomba balap sepeda di Tegal. Selama menunggu jadwal lomba, dirinya harus rela tidur di Masjid.
"Mau pulang tidak ada biaya. Akhirnya tidur di masjid selama 2 hari. Bahkan, saya dan ayah terpaksa nguli bangunan untuk mencari tambahan uang saku, " kenangnya.
Sebelum memutuskan menjadi atlet sepeda, Royan sempat menekuni cabor sepak bola, futsal, pencak silat, tapi nggak bertahan lama karena bosen. Namun, ayah terus memberikan semangat dan meminta agar disiplin berlatih.
"Ayah berpesan untuk sampai di posisi puncak kesuksesan membutuhkan keseriusan (disiplin tinggi) dan biaya yang tidak sedikit. Jangan setengah setengah harus fokus. Itulah pesan ayah yang selalu menjadi motivasi hidup saya,” pungkasnya.
Editor : Agus Ismanto
Artikel Terkait