iNewsGresik.id - Gempa susulan ketiga dengan kekuatan 6,5 Magnitudo yang menerjang warga di kepulauan Bawean menyisahkan sejumlah kisah pilu.
Hingga kini, warga yang tinggal di kepulauan berjarak sejauh 80 Mil dari pelabuhanGresik memilih mengungsi di kawasan dataran tinggi. Mereka khawatir terjadinya gempa susulan disertai tsunami.
Nor Toatillah, warga Desa Sukaoneng, Kecamatan Tambak, Pulau Bawean, mengsahkan pasca gempa dirinya bersama isteri dan anggota keluarga yang lain langsung berhamburan keluar rumah.
“Gempa ini seperti suara pesawat lewat diatas rumah, gluduk-gludik begitu bunyinya,” ucapnya, Sabtu (23/3/2024).
Hal senada disampaikan Zainul Arif, tetangga kampungnya. Ia mengalami gemetar di sekujur tubuhnya, karena guncangan gempa cukup keras hingga membuat semua perabot rumah tangga roboh.
“Saat gempa ke tiga, ikut pengajian di Masjid. Semua jamaah keluar dan pengajian dihentikan, dan sebagian dinding masjid runtuh dan retak,” ucapnya.
Ia menyebutkan gempa yang dirasakan bergoyang hingga membuat syok dan penuh gemetar. Dirinya hanya bekal membaca kalimat tauhid dan sholawat atas terjadinya gempa tersebut.
“Warga semua panik keluar rumah, ibu-ibu semua teriak. Hingga salat terawih tadi malam di lapangan bukan di Masjid,” paparnya.
Lain halnya dirasakan Saleh, warga Desa Telukjatidawang, Kecamatan Tambak, Pulau Bawean ini. Saat terjadi gempa pertama, dirinya sedang mandi, dan langsung keluar dari rumah.
“Masih pakai handuk, muka masih ada sabunnya. Gempa susulan yang ketiga kalinya anak saya yang keluar saat sedang mandi. Otomatis hanya handuk saja yang dipakai saat keluar rumah,” tambahnya.
Hingga kini, sebagain warga masih memilih mengungsi di luar rumah. Hal ini untuk antisipasi jika terjadi gempa susulan.
Editor : Agus Ismanto
Artikel Terkait