iNewsGresik.id– Proyek nasional pembangunan Jembatan Pantura di desa Setro, kecamatan Duduksampeyan, Gresik, menimbulkan keluhan warga Desa Duduksampeyan.
Jembatan yang dibangun dengan ketinggian hampir dua meter ini dinilai terlalu tinggi. Padahal, jembatan ini, tidak berfungsi sebagai penghubung sungai besar, melainkan hanya saluran air.
Pembangunan jembatan ini, menggangu akses keluar masuk kampung. Karena terlalu menanjak dan membahayakan keselamatan pengguna jalan.
Kepala Desa Duduksampeyan, Said, menyatakan bahwa pembangunan jembatan tersebut mengkhawatirkan, khususnya bagi warga RT 6A yang terdiri dari 50 kepala keluarga.
"Akses jalan keluar kampung kini menjadi menanjak, ditambah lagi ketika sampai di jembatan, kondisi jalannya semakin curam," ujarnya.
Said menambahkan Kendaraan yang datang dari arah kanan, yaitu Lamongan, mayoritas adalah kendaraan besar yang melaju dengan kecepatan tinggi. Dari arah sebaliknya, laju kendaraan juga kencang karena jalan menurun.
"Ini sangat membahayakan keselamatan masyarakat pengguna jalan, " bebernya.
Proyek jembatan ini, lanjutnya tidak pernah diawali dengan sosialisasi kepada warga, pemerintah desa, maupun forum komunikasi pimpinan kecamatan (forkopimcam). Ia juga menyesalkan bahwa desain jembatan tidak memperhitungkan saluran irigasi setempat.
"Proyek ini berjalan tanpa pemberitahuan apapun. Ketinggian jembatan mengakibatkan akses jalan menjadi curam, dan saya khawatir warga akan mengalami trauma akibat kondisi jalan yang curam dan ketinggian jembatan," tambahnya.
Said juga menyoroti pengerjaan saluran air di samping jembatan, tepat di depan Koramil Duduksampeyan. Menurutnya, pelaksana proyek PT Profil Mas bekerja secara asal-asalan dalam menutup saluran air desa.
"Saluran air ini penting, dan jika tidak diperhatikan setelah proyek selesai, bisa menimbulkan masalah baru. Keamanan di sekitar jembatan juga dipertanyakan, karena pernah ada insiden orang jatuh," lanjut Said.
Ia menegaskan bahwa jembatan tersebut sebenarnya tidak perlu dibangun setinggi itu. "Ketinggian jembatan hampir separuh dari ketinggian rumah warga. Akses jalan keluar masuk kampung menjadi membahayakan, dan tidak ada solusi yang jelas untuk masalah ini," tegasnya.
Sementara itu, Beny Ariesta, pelaksana proyek dari PT Profil Mas, ketika dikonfirmasi mengenai tidak adanya sosialisasi, mengaku tidak mengetahui hal tersebut.
"Saya hanya sebagai penyedia jasa, dan semua pengerjaan mengacu pada gambar atau desain yang diberikan. Jika ada komplain, silakan menghubungi Balai, bukan penyedia jasa," ujarnya.
Jembatan Setro yang sedang dibangun memiliki lebar 19 meter, panjang 17 meter, dan tinggi 1,7 meter, jauh lebih tinggi dibandingkan jembatan sebelumnya. Pembangunan ini diharapkan selesai pada November mendatang.
Editor : Agus Ismanto
Artikel Terkait