GRESIK, INews.id-Kisah asmara atau percintaan Sunan Giri atau yang juga dikenal dengan Raden Paku tak banyak diketahui orang. Dalah sebuah buku “Sunan Giri” tulisan Umar Hasyim, dikisahkan Sunan Giri pernah mengalami kisah cinta unik. Yakni, menikah dua kali dalam sehari karena buah delima.
Makam Sunan Giri kini berada di Desa Giri, Kecamatan Kebomas, Kabupaten Gresik. Setiap hari makamnya banyak dikunjungi peziarah dari seluruh penjuru. Dari yang dikisahkan oleh penulis, Sunan Giri menikah dengan putri Sunan Ampel Dewi Murtiasih. Setelah itu Sunan Giri di hari itu juga menikahi Dewi Wardah, anak dari seorang bangsawan Majapahit bernama Ki Ageng Bungkul.
Konon saat itu Raden Paku awalnya resmi bertunangan dengan putri Sunan Ampel bernama Dewi Murtasiah. Namun sebelum pernikahan Sunan Giri dengan Dewi Murtasiah ada kejadian tak terduga. Saat itu seorang bangsawan dari Majapahit, bernama Ki Ageng Bungkul, yang bertempat tinggal di Surabaya mempunyai nazar, atau katakanlah sebagai pengumuman sayembara.
Di mana pada sayembara itu dikatakan siapa yang mengambil buah delima yang bergantung di atas pohon, maka dialah yang akan menjadi menantunya, atau akan dijodohkan dengan anak perempuannya yang sangat cantik bernama Dewi Wardah.
Mengenai alasan buah delima dijadikan sayembara pernikahan disebut karena di dalam pekarangan rumah Ki Ageng Bungkul telah banyak memakan korban. Pohon delima itu konon sering kali membuat orang jatuh dan celaka saat mengambil buah delima itu. Bahkan tak sedikit para orang yang mengambil buah itu jatuh hingga akhirnya meninggal dunia. Namun tidak diketahui pohon delima apakah itu dan mengapa sampai segawat itu sehingga memakan korban.
Saat itu Raden Paku sengaja lewat di bawah pohon delima yang gawat itu. Tapi tiba-tiba kepala Raden Paku kejatuhan buah delima yang masak dari pohon yang terkenal keangkerannya. Peristiwa itu kemudian dia ceritakan kepada gurunya Sunan Ampel, sambil memperlihatkan buah delima yang menjatuhi kepalanya tadi.
Sunan Ampel yang mendengar sayembara tadi lantas berkata beberapa patah kata kepada santrinya yang juga bakal jadi calon menantunya. Sunan Ampel menyebut sudah menjadi takdir dari Allah bahwa Sunan Giri atau Raden Paku akan diambil menantu oleh Ki Ageng Bungkul dan dijodohkan dengan anak perempuannya, Dewi Wardah.
Tetapi Sunan Giri muda masih tak percaya, sebab dia akan menikah dengan Dewi Murtasiah putri dari Sunan Ampel. Meski demikian, Sunan Ampel kembali meyakinkan santrinya agar menerima takdir dari Allah tersebut.
"Tidak mengapa Raden, nanti setelah engkau saya ijabkan dengan Dewi Murtasiah, hari itu pula juga engkau diijabkan lagi dengan Dewi Murtasiah," kata Sunan Ampel kepada Sunan Giri untuk meyakinkan kembali.
Cerita lain berkembang di mana saat itu Ki Ageng Bungkul melemparkan buah delima yang telah masak itu ke tengah Sungai Kali Mas. Kebetulan sungai itu mengalir membelah Kota Surabaya dan setiap harinya menjadi salah satu sumber air santri di pondok pesantren Sunan Ampel mengambil air wudhu dan mandi.
Suatu ketika Raden Paku konon tengah mandi dan mengambil air wudhu di Kali Mas. Baru saja Sunan Giri muda berendam menceburkan diri ke sungai, tersentuhlah buah delima itu ke badannya. Kemudian buah delima itu diambilnya dan diserahkan ke gurunya Sunan Ampel.
Ki Ageng Bungkul kemudian menuruti aliran sungai dan mencari siapa orang yang menemukan buah delimanya itu. Dia telah berjanji barang siapa yang menemukan buah delimanya itu akan dijodohkan dengan putrinya Dewi Wardah.
Ternyata saat ditelusuri yang beruntung menemukan buah delima itu adalah Raden Paku. Pada akhirnya Raden Paku akhirnya menikah dua kali, artinya sehari Sunan Giri muda mendapat istri dua sekaligus dalam waktu tak berselang lama.
Sunan Giri atau Raden Paku kemudian dinikahkan dengan Dewi Wardah setelah pada hari itu pula dengan putri Sunan Ampel bernama Dewi Murtasiah. Menyaksikan peristiwa itu, Nyai Gede Pinatih ibu angkat Raden Paku sangat gembira.
Editor : Ashadi Ikhsan
Artikel Terkait